PEMETAAN SEBARAN KEJADIAN GEMPA BUMI DI PROVINSI PAPUA
Abstract
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia timur. Kawasan bagian timur dari Indonesia memang dikenal memiliki tingkat kerawanan gempa yang tinggi. Gempa dengan intensitas rendah sampai tinggi sering terjadi sehingga berpotensi menimbulkan korban jiwa dan juga kerusakan infrastruktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya mitigasi untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan yaitu membuat suatu pemetaan terhadap sebaran gempa bumi berdasarkan data kejadian di masa lalu. Dengan adanya peta ini bisa menggambarkan konsentrasi aktifitas gempa bumi yang terjadi di Provinsi Papua. Diharapkan peta ini dapat digunakan sebagai upaya mitigasi dalam rangka pengurangan resiko bencana gempa bumi di wilayah Provinsi Papua. Data kejadian gempa bumi yang digunakan untuk peneltian ini yaitu data gempa yang bersumber dari USGS di wilayah Papua Barat pada periode 1964-2021. Analisis terhadap gempa dilakukan dengan cari declustering yaitu memisahkan antara gempa utama (mainshock) dan gempa susulan (aftershock) yang terjadi. Pemetaan sebaran lokasi gempa dilakukan menggunakan dua klasifikasi yaitu berdasarkan besarnya magnitudo gempa dan kedalaman terhadap pusat gempa bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada kurun waktu 1964-2021 di Provinsi Papua jumlah kejadian gempa bumi adalah berjumlah 6713 kejadian. Jumlah gempa utama (main shock) yang diperoleh dari hasil analisis declustering adalah 3904 kejadian atau sebesar 58.16% dari jumlah total kejadian gempa yang terjadi di Provinsi Papua pada periode waktu 1964-2021. Gempa bumi yang terjadi di wilayah Provinsi Papua didominasi oleh gempa dangkal sehingga sangat berpotensi merusak.
References
Faizah, J. E., & Prayitno, G. (2012). Kesesuaian Guna Lahan Kawasan Rawan Gempa Bumi Propinsi Papua. PROKONS: Jurusan Teknik Sipil, 6(1), 84-95.
M. Asrurifak (2010), “Peta Respon Spektra Indonesia untuk Perencanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan Model Sumber Gempa Tiga Dimensi dalam Analisis Probabilitas,” Inst. Teknol. Bandung. Bandung.
Mustafa, B. (2010). Analisis gempa nias dan gempa sumatera barat dan kesamaannya yang tidak menimbulkan tsunami. Jurnal Ilmu Fisika| Universitas Andalas, 2(1), 44-50.
P. Purbandini, B. J. Santosa, and B. Sunardi (2017), “Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik,” J. Sains dan Seni ITS, vol. 6, no. 2, pp. B20–B24.
Pusgen, T. P. S. G. N. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Puskim.
Ramdan, D. S., & Priawan, A. (2018). Penerapan Location Based Service dan QR-Code Dalam Pemetaan Lokasi Berbasis Android. KOPERTIP: Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika dan Komputer, 2(1), 15-18.
Saputro, I. T., & Aris, M. (2018). Analisis Percepatan Tanah Puncak Akibat Gempa Pada Kota Sorong Sebagai Upaya Mitigasi Bencana. Jurnal Teknik Sipil: Rancang Bangun, 4(2), 42-49.
Saputro, I. T., & Momot, H. (2020). Pemutakhiran Peta Sebaran Gempa Bumi Berdasarkan Magnitudo Dan Kedalaman Di Wilayah Provinsi Papua Barat Pada 50 Tahun Terakhir. Tapak (Teknologi Aplikasi Konstruksi): Jurnal Program Studi Teknik Sipil, 10(1), 1-9.
Uhrhammer, R. A. (1986). Characteristics of northern and central California seismicity. Earthquake Notes, 57(1), 21.
Wiemer, S. (2001). A software package to analyze seismicity: ZMAP. Seismological Research Letters,72(3), 373-382.